Sejarah budaya ikan mujair

Ikan termudah Anda temukan di pasar adalah ikan nila, nila dan makarel. Ikan itu seorang penjual sayur tumbuh besar. Sementara ikan lainnya umumnya tersedia di pasar ikan khusus atau penjual.
Jadi tidak ada menyangkal nila yang sangat populer. budaya sudah ada sebelum nila dan mackerel atau ikan lainnya.

Sejarah ikan mujair

ikan nila ditemukan oleh Sir Mudjair. Pada tahun 1936 Mudjair yang adalah seorang karyawan dari desa Desa Papungan, Kanigoro, Blitar pergi ke Teluk Serang di Laut Selatan. Di wilayah ini, ia menemukan beberapa spesies ikan yang belum terlihat. Akhirnya, Mudjair memutuskan untuk membawa setiap ekor dan menyimpannya di kolam halaman rumah. Setelah beberapa saat, salah satu ikan ternak tumbuh lebih cepat daripada yang lain. Bahkan, ikan bisa bertelur.

Pak Mudjair mulai mengalami banyak ikan yang bersangkutan. Penduduk desa sangat tertarik dan ingin menghibur. Berita Schuster, seorang Belanda yang menjadi instruktur memancing di Jawa Timur. Dia berada di daerah Mudjair melihat. Schuster kemudian mengidentifikasi bahwa ikan adalah spesies Tilapia mossambica. Jenis-jenis ikan yang berasal dari Afrika. Selain itu, ikan mendapat nama lokal di Indonesia, mudjair ikan atau ikan nila.

Setelah itu, ikan tumbuh secara luas. Orang-orang seperti bibit ikan cepat, cepat besar dan mudah beradaptasi dengan lingkungan apapun. Nila dapat tumbuh di air dari kolam ke rawa. Ikan juga memiliki rasa sangat lezat bila dikonsumsi.

Penemuan ini membuat Mr. Mudjair mendapat apresiasi dari Pemerintah Hindia Belanda. Ia menerima tunjangan Rp6,00 setiap bulan. Hal ini ditulis dalam edisi harian pedoman untuk 27 Agustus 1951.
Ketika Indonesia menderita di bawah penjajahan Jepang, nila diperkenalkan dan dibudidayakan di seluruh wilayah.

Akhirnya, ketika Indonesia merdeka, Mr Mudjair menerima penghargaan dari Kementerian Pertanian.
Dalam orde baru, nila bibit ikan disebarkan di halaman dan waduk.